TBC – Tuberkulosis adalah penyakit menyebar yang tetap jadi permasalahan kesehatan warga dan salah satunya penyebab kematian hingga perlu dilakukan program pengendalian Tuberkulosis dengan berkaitan. Penyakit TBC dapat sembuh asal pasien meng ikuti tingkatan penyembuhan secara cermat. Obat-obat TBC (OAT) diantaranya Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol. Durasi waktu penyembuhan yang condong lama 6-9 bulan tanpa putus dan tipe obat yang bervariatif dapat membuat pasien tidak disiplin saat jalani penyembuhan dan jadi tidak efisien. Dalam program penyembuhan ini diusahakan supaya pasien yang sudah terima obat atau resep untuk seterusnya masih tetap ambil obat, meminum obat dengan teratur dan kembali kontrol untuk memandang hasil penyembuhan.

Faktor – Faktor Penyebab TBC

Sama seperti yang telah disebut awalnya, TB ialah penyakit yang disebabkan karena ada infeksi bakteri, persisnya Mycobacterium tuberculosis. Tahapan infeksi bakteri pada penderita TB melalui tiga tingkatan, antara seperti berikut.

1. Infeksi Primer

Tahapan ini terjadi saat udara yang memiliki kandungan bakteri penyebab TB terisap oleh mulut atau hidung sampai masuk ke arah paru-paru dan berkembang biak.

2. Infeksi Laten

Saat bakteri mulai tumbuh, mekanisme imun akan lakukan perlawanan. Saat mekanisme imun sukses menantangnya, selain itu bakteri akan “tertidur” dan tidak aktif mengontaminasi. Hingga, orang yang terkena tidak rasakan gejala apapun itu.

3. Infeksi Aktif

Kebalikannya, saat imun badan gagal menantang bakteri yang masuk dan berkembang biak, karena itu bakteri akan bebas serang beberapa sel sehat pada paru-paru. Keadaan ini akan membuat penderitanya rasakan gejala.

Pengobatan Penyakut TBC

Hingga kini sebetulnya tidak ada langkah tentu untuk seutuhnya menghambat penebaran TBC. Tetapi, ada beberapa perlakuan yang bisa kamu kerjakan untuk kurangi penebaran penyakit ini:

1. Pemberian Vaksin

Tuberkulosis bisa kamu hindari lewat penyuntikan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin wajib dan diberi saat sebelum bayi berumur 3 bulan.

Vaksin BCG disarankan untuk beberapa anak, remaja, atau orang dewasa yang tidak pernah menerimanya di saat bayi.

2. Analisis Sejak dari Awal

Penangkalan penebaran TBC akan efisien jika penderitanya lakukan pemeriksaan dan penyembuhan sejak dari awalnya. Sebab, penderita bisa menyebarkan bakteri ke 10-15 orang tiap tahunnya.

3. Jaga Lingkungan Tempat Tinggal

TBC ialah penyakit yang menyebar lewat udara saat penderitanya batuk atau bersin. Dampak negatif infeksi dapat menyusut dengan membuat mekanisme perputaran udara atau sirkulasi yang baik di rumah.

Sebab, bakteri penyebab TBC bisa terendap semakin lama di rumah jika mekanisme sirkulasi kurang pantas.

4. Lalui Pola Hidup Sehat

Kamu dapat tingkatkan mekanisme imun dengan mengaplikasikan gaya hidup sehat. Misalkan seperti konsumsi makanan sehat yang bergizi imbang dan teratur olahraga. Beberapa jenis obat TBC baris pertama :

  • Isoniazid
  • Rifampicin
  • Pyrazinamide
  • Etambutol
  • Strptomisin

Dalam tiap tingkatan penyembuhan TBC, dokter akan dokter akan memberi gabungan dari beberapa antituberkulosis. Gabungan obat TBC dan jumlahnya ditetapkan dari keadaan dan kelompok pasien TBC hingga dapat berbeda.

Baca Juga : Kenali Gejala, Cara Penyembuhan Hinga Tahapan – Tahapan Liver

1. Isoniazid (INH)

Isoniazid adalah tipe antituberkulosis yang paling hebat untuk mematikan bakteri penyebab tuberkulosis. Obat ini dapat membunuh 90% kuman TB dalam sekian hari pada tahapan penyembuhan intens.

Isoniazid lebih efisien mematikan bakteri yang aktif berkembang. Obat ini bekerja dengan mengusik pembikinan mycolic acid, yakni senyawa yang berperanan saat membuat dinding bakteri.

Beberapa efek obat TBC isoniazid mencakup:

  • Dampak neurologis, seperti masalah pandangan, vertigo, insomnia, euforia, peralihan perilaku, stres, masalah daya ingat, masalah otot.
  • Hipersentivitas, seperti demam, menggigil, kulit kemerahan, bengkak kelenjar getah bening, vaskulitis (infeksi pembuluh darah).
  • Dampak iritologis, seperti anemia, hemolisis (kerusakan sel darah merah), trombositopenia (pengurangan kandungan trombosit).
  • Masalah aliran pencernaan: mual, muntah, sembelit, ngilu ulu hati.
  • Hepatotoksisitas: kerusakan hati yang disebabkan karena zat kimia dalam obat.
    Efek yang lain: sakit di kepala, jantung berdebar-debar, mulut kering, penyimpanan urin, rematik.

Jika Anda terserang penyakit hati akut, permasalahan peranan ginjal, atau kisah kejang, infokan ke dokter. Dengan demikian, pemberian isoniazid semakin lebih jeli. Disamping itu, peminum alkohol, pasien berumur di atas 35 tahun, dan wanita hamil harus mendapatkan pemantauan khusus.

2. Rifampicin

Obat ini ialah tipe antibiotik turunan dari rifamicin, sama dengan isoniazid. Rifampicin dapat mematikan kuman yang tidak bisa dibunuh oleh obat isoniazid. Rifampicin bisa mematikan bakteri memiliki sifat 1/2 aktif yang umumnya tidak bereaksi pada isoniazid. Obat ini bekerja dengan mengusik kerja enzim bakteri.

Beberapa efek yang kemungkinan dapat ada karena penyembuhan TBC dengan rifampicin ialah:

  • Masalah pencernaan, seperti panas di perut, sakit di perut, mual, muntah, kembung, anoreksia, kejang perut, diare.
  • Masalah mekanisme saraf pusat, seperti mengantuk, lemas, sakit di kepala, pusing, kebingungan, susah fokus, masalah pandangan, otot melembek
  • Hipersensitivitas, seperti demam, sariawan, hemolisis, pruritus, gagal ginjal kronis
  • Urine berbeda warna karena zat warna merah dalam obat rifampicin
  • Masalah menstruasi atau hemoptisis (batuk berdarah)

Tetapi, jangan cemas karena efek ini memiliki sifat sesaat. Rifampicin beresiko jika dimakan ibu hamil karena tingkatkan kesempatan kelahiran dengan permasalahan tulang belakang (spina bifida).

3. Pyrazinamide

Kekuatan pyrazinamide ialah mematikan bakteri yang bertahan sesudah ditantang oleh makrofag (sisi dari sel darah putih yang pertama kalinya menantang infeksi bakteri pada tubuh). Obat ini bisa juga bekerja mematikan beberapa bakteri yang ada dalam sel dengan pH asam.

Efek yang unik dalam pemakaian obat TBC ini ialah kenaikan asam urat pada darah (hiperurisemia). Itu penyebabnya pasien TB paru yang diresepkan obat ini juga harus teratur mengatur kandungan asam uratnya.

Disamping itu, kemungkinan efek yang lain ialah pasien akan alami anoreksia, hepatotoksisitas, mual, dan muntah.

4. Etambutol

Etambutol ialah antituberkulosis yang dapat menghalangi kekuatan bakteri mengontaminasi, tetapi tidak bisa mematikan bakteri langsung. Obat ini diberi khusus untuk pasien dengan dampak negatif berlangsungnya resistansi (tahan) obat TBC. Tetapi, bila dampak negatif resistansi obat termasuk rendah, penyembuhan TBC dengan etambutol bisa disetop.

Langkah kerja etambutol memiliki sifat bakteriostatik, maknanya menghalangi perkembangan bakteri M. tuberculosis yang tahan pada obat isoniazid dan streptomisin. Obat TBC ini merintangi pembangunan dinding sel oleh mycolic acid.

Pemakaian etambutol tidak direferensikan untuk TBC pada anak di bawah delapan tahun karena bisa mengakibatkan masalah pandangan dan efeknya benar-benar susah dikontrol. Efek dari ethambutol yang kemungkinan muncul ialah:

  • Masalah pandangan
  • Buta warna
  • Persempitan jarak pandang
  • Sakit di kepala
  • Muntah dan mual
  • Sakit di perut

5. Streptomisin

Streptomisin ialah antibiotik pertama kali yang dibikin khusus untuk menantang bakteri penyebab tuberkulosis. Pada penyembuhan tuberkulosis saat ini, streptomisin dipakai untuk menghambat berlangsungnya dampak resistansi antituberkulosis.

Langkah kerja obat TBC ini dengan mematikan bakteri yang memisah diri, yakni dengan menghalangi proses pembikinan protein bakteri.

Obat TBC streptomisin ini diberi melalui suntikan ke jaringan otot (intramuskular/IM). Umumnya obat TBC tipe suntik ini diberi bila Anda telah alami penyakit TB untuk ke-2 kali atau konsumsi obat minum streptomisin tidak efisien kembali.

Pemberian obat TBC ini harus memerhatikan apa pasien mempunyai masalah ginjal, sedang hamil, atau masalah pendengaran. Obat ini mempunyai efek yang mengusik kesetimbangan pendengaran bila dimakan lebih dari tiga bulan.